Catatan Asep Haryono
Pada bulan Juni 2016 yang lalu, saya sekeluarga berkesempatan menikmati suasana Ramadhan dan Idul Fitri di Desa Pundak IV Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo, sekitar 1 jam perjalanan mobil dari kota Pelajar Djogjakarta. Yang unik dari Dusun Kembang ini ternyata memiliki usaha gotong royong dengan swadaya dan swakarsa mereka memproduksi Abon Ayam khas Dusun Kembang Kulon Progo.
Usaha pengolahan dan pembuatan Abon Ayam yang dimiliki oleh warga Dusun Kembang Nanggulan Kulon Progo ini ternyata sudah digeluti sejak dua tahun yang lalu. Adalah kelompok pemberdayaan perempuan yang diberi nama “Sumber Ayem” telah mempelopori usaha kerajinan Abon Ayam ini yang ternyata mampu mengerakkan perekonomian warga Pundak IV sekaligus memberdayakan potensi kaum perempuan di desa terebut.
Bagaimana proses pembuatan Abon Sapi sederhana yang dilakukan oleh warga Pundak IV dan bagaimana mereka memasarkannya hingga ke tangan konsumen berikut catatannya.
Prospek Cerah, Perlu Bantuan Modal
“Usaha pembuatan abon ayam ini sudah berlangsung sejak tahun 2014 dan saat itu masih sangat sederhana dan belum mendapat bantuan peralatan dari pihak manapun namun seiring dengan berjalannya waktu beberapa peralatan sumbangan dari warga dan juga bantuan keuangan dan peralatan pembuatan abon ayam dari PT Sari Husada (Susu SGM)” tegas Ngafiah, ketua KPK Sumber Ayam kepada penulis.
Ngafiah menceritakan sejak dari pertama kali Kelompok Petani Kecil (KPK) Sumber Ayam ini berdiri sejak tahun 2014 yang lalu anggotanya masih sedikit. Modal yang dihimpun dari para anggota kelompoknya sebesar Rp.200.000 per kepala keluarga yang ada di Pundak IV dikumpulkan menjadi modal bergulir.
“Dari dana yang dhimpun dari anggota inilah kemudian dibelikan peralatan untuk pembuatan Abon Ayam dan ternyata prospeknya sangat cerah” tegas Ngafiah dengan mata berbinar binar.
Kabupaten Kulon Progo yang menjadi basis pengembangan usaha mikro ini terbilang berhasil terbukti dengan semaraknya kelompok ibu ibu dan perempuan di Desa Pundak IV Kulon Progo ini khususnya terhadap warga binaan usaha mikro KPK Sumber Ayam yang berada di Desa Kembang, Pundak IV Nannggulan ini.
Sekali Produk 83 Bungkus
“Visi dan Misi daripada KPK Sumber Ayem ini adalah membangun kemampuan kaum perempuan peternak Kulon Progo menjadi kuat dan mandiri, dan misinya adalah menciptakan Sumber Daya Manusia yang professional dengan memberikan pinjaman lunak sebagai penguatan modal kelompok” kata Ngaifah lagi
Dalam proses pengerjaan dan pembuatan usaha abon ayam ini tentu memerlukan banyak peralatan yang dibutuhkan agar proses pembuatan abon ayam berjalan dengan baik.
“Khusus untuk peralatan pembuatan abon ayam nya sendiri seperti kompor gas, Wajan, Timbangan, Baskom, dan pealatan lainnya beradal dari banyak donator” tegas Ngafiah.
Saat penulis menyaksikan proses pembuatan abon ayam nya hari itu melibatkan banyak kaum perempuan warga Pundak IV. KPK Sumber Ayem yang dipimpin Ngafiah ini tercatat pernah memperoleh Penghargaan sebgai KPK Harapan III Tingkat Propinsi D.I Yogyakarta pada tahun 2003 yang lalu
Ketika saya bertanya berapa kali produksi abon ayam ini dalam sebulan atau bagaimana proses produksinya apakah berdasarkan pesanan (order) baru proses produksi.
“Seperti hari ini kita memproduksi abon ayam dengan kapasitas 15 Kilogram mampu memproduksi 83 bungkus Abon Ayam dan siap dipasarkan ke beberapa toko dan warung terdekat sebelum melangkah kepada retailer besar seperti minimarket” tegas Ngafah
Bagaimana proses pembuatan abon ayam ini sebenarnya cukup mudah. “Ayam yang sehat kemudian disembelih, dibersihkan kemudian direbus untuk kemudian dipisahkan antara tulang belulang dan dagingnya kemudian ditumbuk” tegas Ngafiah.
Proses selanjutnya adalah mencampurkan aneka bumbu yang sehat tidak menggunakan bahan pengawet atau pewarna dan kemudian digoreng dengan menggunakan minyak sayur yang baru sampai kering.
“Selanjutnya diangkat kemudian dimasukkan ke dalam mesin pengering (Dry) agar terpisah dengan minyaknya barulah dikemas dalam bungkus yang menarik” kata Ngaifah
Untuk menjamin produk abon ayam nya aman dikonsumsi, KPK Sumber masihyang dpimpinnya masih memerlukan pengujian dari Balai Kesehatan dan masih berupaya guna memperoleh serifikat Halal agar bisa lebih diterima oleh konsumennya. “ Khusus untuk pengurusan pengujian kesehatan dan kehalalannya masih dalam proses dan semoga bisa turun lebih cepat” tegas mas Irfan , koordinator atau pendamping daripada KSM Sumber Ayem ini. (Asep Haryono)
Usaha pengolahan dan pembuatan Abon Ayam yang dimiliki oleh warga Dusun Kembang Nanggulan Kulon Progo ini ternyata sudah digeluti sejak dua tahun yang lalu. Adalah kelompok pemberdayaan perempuan yang diberi nama “Sumber Ayem” telah mempelopori usaha kerajinan Abon Ayam ini yang ternyata mampu mengerakkan perekonomian warga Pundak IV sekaligus memberdayakan potensi kaum perempuan di desa terebut.
Bagaimana proses pembuatan Abon Sapi sederhana yang dilakukan oleh warga Pundak IV dan bagaimana mereka memasarkannya hingga ke tangan konsumen berikut catatannya.
Prospek Cerah, Perlu Bantuan Modal
“Usaha pembuatan abon ayam ini sudah berlangsung sejak tahun 2014 dan saat itu masih sangat sederhana dan belum mendapat bantuan peralatan dari pihak manapun namun seiring dengan berjalannya waktu beberapa peralatan sumbangan dari warga dan juga bantuan keuangan dan peralatan pembuatan abon ayam dari PT Sari Husada (Susu SGM)” tegas Ngafiah, ketua KPK Sumber Ayam kepada penulis.
Ngafiah menceritakan sejak dari pertama kali Kelompok Petani Kecil (KPK) Sumber Ayam ini berdiri sejak tahun 2014 yang lalu anggotanya masih sedikit. Modal yang dihimpun dari para anggota kelompoknya sebesar Rp.200.000 per kepala keluarga yang ada di Pundak IV dikumpulkan menjadi modal bergulir.
“Dari dana yang dhimpun dari anggota inilah kemudian dibelikan peralatan untuk pembuatan Abon Ayam dan ternyata prospeknya sangat cerah” tegas Ngafiah dengan mata berbinar binar.
Kabupaten Kulon Progo yang menjadi basis pengembangan usaha mikro ini terbilang berhasil terbukti dengan semaraknya kelompok ibu ibu dan perempuan di Desa Pundak IV Kulon Progo ini khususnya terhadap warga binaan usaha mikro KPK Sumber Ayam yang berada di Desa Kembang, Pundak IV Nannggulan ini.
Sekali Produk 83 Bungkus
“Visi dan Misi daripada KPK Sumber Ayem ini adalah membangun kemampuan kaum perempuan peternak Kulon Progo menjadi kuat dan mandiri, dan misinya adalah menciptakan Sumber Daya Manusia yang professional dengan memberikan pinjaman lunak sebagai penguatan modal kelompok” kata Ngaifah lagi
Dalam proses pengerjaan dan pembuatan usaha abon ayam ini tentu memerlukan banyak peralatan yang dibutuhkan agar proses pembuatan abon ayam berjalan dengan baik.
“Khusus untuk peralatan pembuatan abon ayam nya sendiri seperti kompor gas, Wajan, Timbangan, Baskom, dan pealatan lainnya beradal dari banyak donator” tegas Ngafiah.
Saat penulis menyaksikan proses pembuatan abon ayam nya hari itu melibatkan banyak kaum perempuan warga Pundak IV. KPK Sumber Ayem yang dipimpin Ngafiah ini tercatat pernah memperoleh Penghargaan sebgai KPK Harapan III Tingkat Propinsi D.I Yogyakarta pada tahun 2003 yang lalu
Ketika saya bertanya berapa kali produksi abon ayam ini dalam sebulan atau bagaimana proses produksinya apakah berdasarkan pesanan (order) baru proses produksi.
“Seperti hari ini kita memproduksi abon ayam dengan kapasitas 15 Kilogram mampu memproduksi 83 bungkus Abon Ayam dan siap dipasarkan ke beberapa toko dan warung terdekat sebelum melangkah kepada retailer besar seperti minimarket” tegas Ngafah
Bagaimana proses pembuatan abon ayam ini sebenarnya cukup mudah. “Ayam yang sehat kemudian disembelih, dibersihkan kemudian direbus untuk kemudian dipisahkan antara tulang belulang dan dagingnya kemudian ditumbuk” tegas Ngafiah.
Proses selanjutnya adalah mencampurkan aneka bumbu yang sehat tidak menggunakan bahan pengawet atau pewarna dan kemudian digoreng dengan menggunakan minyak sayur yang baru sampai kering.
“Selanjutnya diangkat kemudian dimasukkan ke dalam mesin pengering (Dry) agar terpisah dengan minyaknya barulah dikemas dalam bungkus yang menarik” kata Ngaifah
Untuk menjamin produk abon ayam nya aman dikonsumsi, KPK Sumber masihyang dpimpinnya masih memerlukan pengujian dari Balai Kesehatan dan masih berupaya guna memperoleh serifikat Halal agar bisa lebih diterima oleh konsumennya. “ Khusus untuk pengurusan pengujian kesehatan dan kehalalannya masih dalam proses dan semoga bisa turun lebih cepat” tegas mas Irfan , koordinator atau pendamping daripada KSM Sumber Ayem ini. (Asep Haryono)
Ibu ibu Kelompok Petani Kecil (KPK) Sumber Ayem Pundak IV Nanggulan bergotong royong mengerjakan proses awal pembuatan abon ayam. Foto Asep Haryono |
Ayam yang sudah direbus masak kemudian dipisahkan antara tulang dengan dagingnya Foto Asep Haryono |
Ayam yang sudah diberi bumbu bumbu alami kemudian dimasak dengan minyak yang sehat sampai kering Foto Asep Haryono |
Proses selanjutnya adalah sentuhan akhir yakni memisahkan lagi menjadi adonan abon ayam yang siap dipacking Foto Asep Haryono |
Ibu ibu Kelompok Petani Kecil (KPK) Sumber Ayem Pundak IV Nanggulan bergotong royong mengerjakan proses pemisahan abon ayam ini untuk kemudian proses pembungkusan dalam kemasan Foto Asep Haryono |
Proses pembungkusan dalam kemasan dengan timbangan khsusus, . Foto Asep Haryono |
Abon AYam Cap Enak produksi Kelompok Petani Kecil (KPK) Sumber Ayem Pundak IV Nanggulan siap dipasarkan. Foto Asep Haryono |
Pengalaman Merasakan Debu Vulkanik Gunung Merapi
Para pembaca yang budiman, baiiklah kembali saya melanjutkan certia serunya pengalaman liburan di Kulon Progo beberapa tahun sebelumnya yakni tepatnya saat berlibur di tahun 2010.
Cerita ini berdasarkan kisah yang sebenarnya terjadi di bulan November 2010 yang lalu. Saat itu saya turut mendampingi Istri berangkat dari Pontianak (Kalimantan Barat) menuju Jogjakarta. Tiba di Bandara Adi Sucipto Jogjakarta pada tanggal 4 November 2010. Semua rangkaiannya saya catat dengan baik di buku harian saya. Berikut adalah kisahnya.
Terjebak di Bandara
Ketika pesawat Batavia Air (Sekarang sudah tidak beroperasi-red) yang saya tumpangi beserta Istri dan Anak mendarat di Bandara Adisucipto , Jogjakarta pada hari Kamis 4 November 2010 sekitar pukul 16.20 WIB, suasana di Bandara Adi Sucipto Jogjakarta masih aman terkendali walaupun langit di atas kami tampak mendung dengan gumpalan awan gelap. Dikejauhan tampak asap merapi berwarna hitam dengan latar belakang langit biru gelap kehitaman.
Ketika pesawat Batavia Air (Sekarang sudah tidak beroperasi-red) yang saya tumpangi beserta Istri dan Anak mendarat di Bandara Adisucipto , Jogjakarta pada hari Kamis 4 November 2010 sekitar pukul 16.20 WIB, suasana di Bandara Adi Sucipto Jogjakarta masih aman terkendali walaupun langit di atas kami tampak mendung dengan gumpalan awan gelap. Dikejauhan tampak asap merapi berwarna hitam dengan latar belakang langit biru gelap kehitaman.
Dari Bandara Adi Sucipto Jogjakarta, saya pun naik mobil TAXI langsung menuju daerah Kulon Progo yang jaraknya sekitar 1 Jam dari kota Jogjakarta. Wilayah Kulon Progo berjarak cukup jauh dari Gunung Merapi (Mungkin sekitar 40-50 KM-red). Sesampainya di rumah, kami pun beristrahat. Saya sudah memiliki jadual harus kembali pulang ke Pontianak pada tanggal 6 November 2010 saat itu sesuai dengan print Tiketnya yang sudah saya miliki.
Namun manusia berkehendak, ALLAH pula yang menentukan. Pagi dinihari tanggal 5 Nopember 2010, Gunung Merapi meletus hebat. Dalam koran koran lokal dan nasional menyebut angka banyak orang tewas karena sapuan Awan Panas atau lazim disebut dengan “Wedhus Gembel” di Wilayah Cangkringan dan beberapa daerah lainnya.
Ke esokan harinya tepatnya tanggal 6 Nopember 2010 saat itu saya pergi ke simpang Desa Kulon Progo tepatnya di perempatan BRI dengan mengendarai sepeda motor guna menyaksikan secara langsung dampak Gempa Merapi yang Debu vulkaniknya sudah sampai di Kulon Progo pagi itu. Saya sempat merekam susana gelapnya pagi itu dalam sebuah rekaman video pendek di bawah ini.
.
Video pendek yang berhasil saya rekam pada pagi hari 5 Nopember 2010 saat Kulon Progo nyaris gelap gulita karena tertutup Debu Vulkanik yang berasal dari letusan Gunung Merapi. Saya harus memakai masker karena abu belerang sangat menyengat dan sangat berbahaya jika terhirup. Video recorded by Asep Haryono
Dan sudah bisa diperkirakan sebelumnya Abu Vulkanik disertai dengam material pasir menyebar ke arah Barat Daya dan Timur saat itu hingga akhirnya debu bercampur pasir itu menutupi areal Bandara Adisucipto Jogjakarta. Akibatnya sudah bisa ditebak, Bandara Adisucipto ditutup. Saya sudah memiliki jadual harus kembali pulang ke Pontianak pada tanggal 6 November 2010 saat itu sesuai dengan print Tiketnya yang sudah saya milik harus menerima kenyataan tidak dapat pulang. Bandara Adisucipto Jogjakarta ditutup untuk waktu yang belum pasti. Saya pun terdiam membisu.
Apakah anda bisa menebak wajah dibalik kain yang difungsikan sebagai masker debu yang menutup mulut dan hidungnya ini? Apakah anda mengenalnya? Benarkah itu saya? |
Mobil lewat di jalanan penuh debu yang dimuntahkan dari Gumung Merapi. Anda harus menutup hidung anda dengan masker demi kesehatan. Foto Dokumentasi Asep Haryono |
Daun daun pisang yang tumbuh di depan rumah kami di Desa Pundak IC Kulon Progo Jogjakarta juga tidak luput tertimpa debu debu Gunung Merapi. Foto dokumentasi Asep Haryono |
Informasi awal Bandara Adi Sucipto Jogjakarta Ditutup saya perloleh dari Running Teks JOGJA TV yang terpantau dengan baik di Kulon Progo yang saya tonton hari itu. Saya pun tidak lantas percaya dengan apa yang saya lihat di Televisi. Maka dengan dibonceng motor sama Paman , saya pun boncengan naik motor berdua menuju Kantor Batavia yang terletak di Jalan Urip Sumohardjo, samping kampus LPP itu,
Penerbangan Ditunda Sampai 4 Kali
”Selamat siang Bapak. Karena situasi yang belum memungkinkan untuk sementara jadual penerbangan Bapak untuk penerbangan tanggal 6 Nopember 2010 ke Pontianak dibatalkan, dan Bapak bisa dapat konfirmasi ulang jadualnya di hari yang lain atau tiketnya diuangkan kembali melalui kantor kami di sini” kata Ursula Dinihari, staf PT Metro Batavia waktu itu.
Kalau begini caranya kapan saya bisa kembali ke Pontianak?. Bayangan saya waktu itu saya pasti memperoleh hukuman karena dianggap alpa atau mangkir dari pekerjaan berhari hari. Saya seharusnya sudah berada di Pontianak pada tanggal 6 Nopember 2010 waktu itu. Dan memang berkali kali saya mengontak maskapai penerbangan itu dan terjadi pembatan hingga 3 (tiga) kali yakni mulai dari tanggal 6 Nopember menjadi tanggal 8 Nopember, lalu menjadi tanggal 10 Nopember hingga pada akhirnya masih dibatalkan lagi ke tanggal 13 Nopember 2010.
Padahal ini semua bukan kehendak saya. Pembatalan Penerbangan saya dilakukan sepihak oleh Maskapai Penerbangan Batavia, ditambah lagi dengan Bandara Adisucipto yang masih ditutup karena terkena guyuran abu vulkanik bercampur Pasir yang dimuntahkan oleh Gunung Merapi. Ibarat pepatah sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah dibatalkan oleh Maskapai Penerbangan ditambah lagi dengan Bandara Adi Sucipto di tutup untuk semua penerbangan. Lengkaplah sudah penderitaan saya waktu itu.
Sambil menunggu kepastian Bandara Adisucipto dibuka agar saya bisa segera kembali ke Pontianak, saya pun menyempatkan diri untuk sekedar "jalan jalan" , saya pun menyempatkan diri pergi mengunjungi saudara yang berada di Jalan Godean yang berjarak lebih kurang 20 (duapuluh) Kilometer dari Puncak Merapi.
Pulang Lewat Soekarno Hatta Jakarta
Saya pun bisa melihat dengan mata telanjang kepulan asap hitam yang keluar dari puncak merapi dari jalan raya Godean. Asap memutih bercampur kehitaman itu saya duga adalah awan panas Merapi.
Saya pun sempat melewat Kali Code yang berwarna hitam kecoklatan bercampur lahar dingin Merapi. Kali Code yang saat itu mengalami pendangkalan itu jika ditelusuri ke pangkalnya akan sampai pada Gunung Merapi. Saya pun sempat melihat beberapa posko pengungsian di Kulon Progo yang menjadi posko pengungsi dari Muntilan dan sekitarnya.
Heran juga disaat tidak mementu bisa pulang atau tidak ke Pontianak, saya malah sempat sempatnya berburu oleh oleh khas makanan Jogjakarta yang bisa diperoleh dengan mudah di pasar Godean Jogjakarta seperti Belut Goreng, Bakpia aneka rasa seperti durian, coklat dan Susu. Juga makanan khas daerah Kulon Progo seperti Geblek yang bentuknya mirip pempek Palembang itu. Banyak foto dan video yang berhasil saya abadikan selama berburu oleh oleh dan sopenir di Jogjakarta waktu itu.
Namun lagi jadual penerbangan pulang saya ditunda lagi oleh maskapai penerbangan Batavia Air hingga ke tanggal 15 Nopember 2010 karena debu merapi masih tebal di Bandara Adisucipto.
“Debu debu ini memang sangat berbahaya dan amat ditakuti oleh para pilot pesawat komersial karena jika debu itu masuk ke dalam mesin pesawat bisa berdampak amat membahayakan” kata Ursula di kantornya. Dia pun tidak menjamin tidak akan ada penundaan lagi jika debu vulkanik masih menyelimuti Bandara Adisucipto Jogjakarta.
Saya pun segera menguangkan kembali harga tiket saat itu dan membeli tiket pulang ke Pontianak pada tanggal 13 Nopember 2010 rute tujuab Jakarta – Pontianak. Ya akhirnya saya pun memutuskan untuk berangkat pulang ke Pontianak melalui Bandara Internasional Soekarno Hatta di Jakarta. Tiket pesawat bisa dipesan dari mana saja baik secara langsung maupun secara daring seperti di tiket.com yang memang keren
Seperti dalam film “Terminal” yang dibintangi oleh Tom Hank. Menunggu juga bisa menjadi hal yang menarik karena dalam masa menunggu itulah banyak hal yang bisa kita kerjakan sehingga kehidupan tidak akan menjadi membosankan. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengisi kekosongan selama masa menunggu itu. Dimana mana menunggu memang sangat tidak menyenangkan
Menjelajahi Candi Prambanan
Pada bagian kali ini saya ajak para pembaca untuk kembali ke tahun 2016 dari catatan Serunya Pengalaman Liburan di Kulon Progo ini. Semua detail lengkap perjalanan liburan saya tercatat dengan baik dalam jurnal travel yang saya miliki.
Pada tanggal 11 Juli 2016. Agenda saya di hari itu adalah menjelajahi Candi Prambanan, candi umat Hindu terbesar di Indonesia saat ini memang banyak memancing minat banyak wisatawan dalam dan luar negeri yang berkunjung selama musim liburan
Pada tanggal 11 Juli 2016. Agenda saya di hari itu adalah menjelajahi Candi Prambanan, candi umat Hindu terbesar di Indonesia saat ini memang banyak memancing minat banyak wisatawan dalam dan luar negeri yang berkunjung selama musim liburan
INDAH : Candi Prambanan tampak megah diambil gambarnya dari luar. Foto diambil pada tanggal 11 Juli 2016 dengan menggunakan kamera HP. Foto Asep Haryono |
Walaupun Hari senin 11 Juli 2016 menjadi hari kerja bagi yang sudah mulai menjalankan antifitas sehari hari , namun pengunjung yang saya saksikan hari itu sepeti tidak terpengaruh sama sekali. Candi Prambanan penuh sesak oleh wisatawan domestik dan mancangera.
Tadinya saya rencanakan untuk mengunjungi Candi Prambanan di hari minggu 10 Juli 2016 yang lalu atau H+2 dari hari Raya Idul Fitri saat itu, namun saya batalkan sebab hari itu dipekirakan puncak arus Balik dari dan keluar Yogyakarta. Namun Alhamdulillah ditemani dengan pemandu wisata kenalan saya, Mas Sabiyan, saya berhasil menjelajahi Candi Prambanan tersebut pada hari yang sama, Senin 11 Juli 2016. berikut catatannya.
5000 Rupiah saja
Saya menumpang motor tetangga saya, Mas Sabiyan, yang juga seorang pemandu wisata saya selama liburan di Kulon Progo dan Jogjakarta. Beliau adalah keluarga dari pihak istri saya. Pemuda aseli Kulon Progo yang rajin merawat orang tuanya yang sudah sepuh saat masih hidup ini saya mintakan bantuannya untuk mengantar saya hari itu ke Candi Prambanan.
Walau pun ada sedikit kekuatiran beliau menolak karena “kesibukan” beliau yang harus merawat ibunya (almarhumah) yang sudah sepuh dan terbaring di tempat tidur. Namun Alhamdulillah beliau dengan senang hati siap mengantar saya ke Candi Prambanan pagi hari.
“Sekitar jam 8 ya aja ya santai” kata mas Sabiyan, Saya pun mengangguk dengan tenang. “ah jam 8 kan masih lama sekarang saja masih jam 07 00 WIB pagi saya saja masih membaca Koran Kedaultan Rakyat” gumam saya dalam hati. Candi Prambanan di hari pertama lebaran, seperti yang dikutip oleh koran Kedaulatan Rakyat tanggal 6 Juli 2016 tercatat jumlah pengunjungnya mencapai 5.287 orang. Namun sehari setelahnya, jumlah pengunjung candi Prambanan melonjak drastis.
Koran Kedaularan Rakyat menyebut dari tanggal 1-9 Juli 2016 jumlah pengunjung tercatat 105.809 orang termasuk paket Prambanan Boko serta wisatawan mancanegara. Penasaran juga membaca berita tersebut, seolah sekalian ingin membuktikan seberapa padat sih pengunjung candi Prambanan pasca Lebaran ini.
Jam menunjukkan pukul 08.15 WIB pagi, saya pun bergegas menyambangi rumah mas Sabiyan, yang memang berdekatan dengan rumah mertua saya selama mudik di Kulon Progo ini, Sama sama warga Pundak IV, dan kami bertetangga. Namun setelah ditunggu hamper 1 jam lamanya, dan saya sudah siap “tempur” dengan tas ransel ala backpacker, dan tentu saja memakai sandal jepit. Saya sengaja tidak memakai sepatu saat itu. Lebih enak pakai sendal jepit tidak apa disebut ndeso hehe
Saya duduk di depan rumah Mas Sabiyan, pemandu saya. Saya sampai terkantuk kantuk menunggu mas Sabiyan keluar dari rumahnya. Bibi dan saudara mas Sabiyan pun kaget dan menanyakan kepada saya mau pake apa ke candi Prambanan, dan saya jawab pake kendaraan Umum (bus).
“Waah nda bisa pasti lama, belum lagi nyangkut nyangkutnya, dan harus nyambung satu satu ke lokasi Candinya, ya sudah pake motor saja, nanti disiapkan” tawar Mba Nur, yang masih family mas Sabiyan. Orangnya berkulit kuning dengan rambut dikepang atau dikuncir dan berkaca mata bulat.
Mba Nur yang sekilas mirip gadis manis keturunan, Mei mei di kartun UPIN dan IPIN ini menyerahkan kunci motor (beserta motornya juga), 2 buah helm dan STNK kecuali SIM. Saya sudah mempunyai SIM sendiri. “ Wah lengkap kalau begini surat suratnya beres” kata saya.
Yang penasaran sama wajah Mbak Nur bisa lihat figur Mei Mei dalam kartun Upin dan Ipin ini. Seperti inilah. Gambar anggapratama9c.blogspot.co.id |
Tepat pukul 09.15 WIB, saya dan mas Sabiyan pun meluncur tralala ke Candi Prambanan. Saya diminta menjadi sopir atau yang membawa motor, sedangkan pemandu saya, mas Sabiyan duduk di belakang sebagai penumpang. “dah kamu saja yang bawa motornya soalnya saya nda tidak punya SIM” kata Mas Sabiyan. Huaaa
Perjalanan motor ditempuh lebih kurang 1 jam setengah hingga sampailah kami berdua di parkiran motor kawasan Candi Prambanan. Kami masuk ke halaman khusus parkir kendaraan roda dua (motor) . Setelah membayar TMTP (Tanda Masuk Taman Parkir) Borobudur – Prambanan- Ratu Boko sebesar Rp.3.000,- kami pun masuk Petugas parkir nya semuanya berkemeja putih dengan celana panjang hitam dan mengenakan ID card, Semuanya lanang (laki laki), dan tidak terlihat yang perempuan.
Yang unik dari karcis parkir ini adalah himbauan yang tertulis pada kertas parkirnya yang menghimbau agar pemilik kendaraan bermotor untuk TIDAK meninggalkan karcis parkirnya di kendaraan. Namun kenyataannya yang saya lihat karcis karcis saya yang sudah lunas di loket, justru direkatkan atau ditempel di kabel rem depan motor saya atau di dekat stang kemudi oleh petugasnya .
“Sewa payung mas?” tawar seorang penjaja sewa Payung yang berdiri dekat saya dan mas Sabiyan. “Pinten sewane mas e” (Berapa harga sewanya mas) kata saya yang sok ngerti Bahasa Jawa. “Limangewu mas” (lima ribu rupiah mas) jawab mas itu,
Penjaja payung itu menjelaskan sewa dengan tarif segitu sampai selesai seharian, dan dibayar setelah keluar dari candi. Mikir juga saya Apa selama saya nyewa nanti mas penyewa Payung itu akan mengikuti kemana saya pergi? Nggak jadi tertarik deh. “Sampun mas, matur suwun” (Sudah mas gak apa, terima kasih). Jawab saya yang "pamer" bahasa Jawa padahal ya cuma itu saja kosa kata yang saya hafal.
PD dan PA
Setelah urusan perparkiran beres, saya dan mas Sabiyan pun berjalan dengan santai menuju loket masuk Candi Prambanan yang berjarak lebih dari 200 meter dari titik lokasi perparkiran motor.
Setelah urusan perparkiran beres, saya dan mas Sabiyan pun berjalan dengan santai menuju loket masuk Candi Prambanan yang berjarak lebih dari 200 meter dari titik lokasi perparkiran motor.
Kami berjalan dengan santai, cuaca masih lembut sinar matahari masih belum menampakan kekuatan menyengatnya. Kami berjalanan melewati kendaraan roda empat alias mobil yang berjejer rapih.
Dari plat kendaraannya yang bermacam macam. Yang saya liat ada plat B (Jakarta), H (Semarang), BK (Bali), dan masih banyak lagi lainnya Ada plat nomor kendaraan "BH", nah loh. tunggu dulu ini plat kendaraan BH memang ada Itu plat kendaraan dari kota Jambi.
Tidak lama kemudian sampailah saya di lokasi penjualan tiket masuk Lokasi Candi Prambanan. Ada dua loket masuk lokasi wisata candi ini. Satu loket khusus untuk paket Candi Prambanan - Boko, dan satu loket lagi khusus upntuk candi Prambanan saja.
Tidak lama kemudian sampailah saya di lokasi penjualan tiket masuk Lokasi Candi Prambanan. Ada dua loket masuk lokasi wisata candi ini. Satu loket khusus untuk paket Candi Prambanan - Boko, dan satu loket lagi khusus upntuk candi Prambanan saja.
PARKIR MOTOR : Sebelum masuk kawasan candi Prambanan, para pemakai kendaraan roda dua masuk ke lokasi pakiran khusus sepeda motor di sini. Foto Asep Haryono |
SEWA PAYUNG : Cuaca panas di kawasan Candi Prambanan membuka peluang bisnis sewa payung. Tarifnya hanya 5000 rupiah bisa sewa payung seharian. Mau coba? Foto Asep Haryono |
DIREKATKAN DI MOTOR : Masuk kawasan Candi Prambanan bagi pemotor cukup membayar 3 ribu rupiah, dan karcis nya ditinggal di kendaraan anda dengan cara ditempel. Foto Asep Haryono. |
TIKET TERUSAN : Bagi yang memilih tiket terusan Candi Prambanan - Ratu Boko masuk ke loket ini, dan bayarlah dengan uang pas. Foto Asep Haryono |
LOKET PRAMBANAN : Yang nemilih tiket masuk khusus Candi Prambanan saja masuk nya di loket ini, lokasi nya disebelah kanan dari loket terusan. Harga dewasa 30 ribu rupiah saat itu. Foto Asep Haryono |
PEMERIKSAAN : Petugas khusus yang memeriksa kembali tiket karcis masuk anda untuk dicocokkan dengan kondisi fisik pemiliknya agar sesuai dengan tarifnya masing masing . Foto Asep Haryono |
MASUK : Yang sudah berhasil diverifikasi kesesuaian antara tiket yang dibayar dengan pemiliknya bisa langsung masuk ke kawasan Candi Prambanan Foto Asep Haryono |
KARCIS PARKIR : Karcis parkir kendaraan roda dua sebelum memasuki kawasan Candi Prambanan.. Foto Asep Haryono |
Karena tujuan awal saya ke Candi Prambanan saja maka loket ini yang saya pilih, Harga tiketnya untuk pengunjung dewasa adalah Rp. 30.000,- (Tiga puluh ribu rupiah), sedangkan untuk pengunjung anak anak adalah Rp.12.500. Satarif wisatawan asing jauh lebih mahal lagi tentunya sudah dikurs rupiahkan
"anak anak yang masuk dalam antrian tiket yang tidak berkepentingan harap tidak mengantri ya agar antrian tidak semakin panjang" teriak seorang pemandu yang saya duga adalah pihak pengelola Taman Wisata Candi Prambanan. Saya sempat berpikir ini bisa ngakalin nih pengunjung yang bisa saja mengaku membawa anak kecil agar dapat tarif murah. Karena sang anak tidak diperlihatkan di depan petugas tiket.
Namun nyatanya dugaan saya salah. Sebab dibagian gerbang masuk kawasan Candi Prambana, petugas khusus akan memeriksa lagi tiket tiket anda dan disesuaikan dengan kondisi fisik sang pemegang tiket. Jika kedapatan orang dewasa memegang tiket masuk untuk anak kecil maka akan diminta untuk kembali membeli tiket sesuai fisiknya, dewasa. Baru paham saya
Selain itu ada tanda dua huruf disetiap tiket untuk membedakannya. Kode "pd" menandakan pemilik tiketnya adalah "pengunjung dewasa", dan kode "pa" artinya "pengunjung anak". Jadi jika anda orang dewasa kedapatan memegang tiket berkode huruf "pa" maka anda akan ditolak masuk atau diminta membayar harga tiket untuk pengunjung dewasa (pd)
Candi Yang Memang Menakjubkan
Bagi yang baru datang di blog ini dan atau yang malas membuka cerita pada bagian pertama DAY 20 : Menjelajah Candi Prambanan , dapat saya gambarkan ringkasan Bagian Pertama kemarin :
Candi Yang Masih Misteri
Dari brosur brosur yang saya dapatkan darti Tourist Information Center (TIC) atau Pusat Informasi Wisatawan yang letaknya berada di sisi kiri pintu masuk pembelian tiket masuk Karcis Terusan Candi Prambanan – Ratu Boko banyak menceritakan sejarah prambanan.
Lembaran brosurnya sendiri dicetak sederhana saja dengan tampilan warna yang cukup sederhana. Brosur Prambanan yang saya dapatkan ini dicetak oleh PT Taman Wisata Candi – Unit Prambanan yang beralamat di Jalan Raya Yogya – Solo KM 16, Prambanan Yogyakarta 55571.
Dari brosur yang saya baca tertulis sejarah Candi Prambanan yang konon juga identik dengan sebutan Candi Roro Jonggrang Sudah banyak tulisan sejarah Candi Prambanan yang tersebar di Internet yang mudah diakses oleh masyarakat luas
Cukup dengan mencarinya di Google dengan keyword (kata kunci) “sejarah candi prambanan” Insya Allah akan muncul puluhan link link yang berisi tentang Sejarah Candi Prambanan. Namun tidak ada salahnya saya tuliskan kembali intisari sejarah Candi Prambanan yang saya kutip dari Brosur Candi Prambanan yang saya dapatkan di lokasi wisata.
Candi Prambanan ini merupakan candi terbesar umat Hindu yang ada di Jawa Tengah, Dibangun sejak abad ke 9 pertengahan oleh Dinasti Sanjaya. Beda dengan Candi Borobudur yang dibangun pada masa kejayaan Dinasti Syailendra di abad ke 8 masehi.
Candi Prambanan yang megah ini pada dasarnya memiliki 3 halaman utama yang tersusun rapih dengan arah memusat kepada halaman candi utama yang berada di bagian tengah atau pusat. Jumlah Candi di halaman 1 ada 16 buah , Halaman II ada 224 buah, dan di halaman III nya tidak ada sama sekali (Candi). Jadi total keseluruhan pada mulanya sebanyak 240 buah candi.
“Candi ini sebenarnya masih misteri, mengenai siapa yang sebenarnya membangun candi Prambanan ini” terang Mas Sabiyan, guide saya selama di kawasan Candi Prambanan,
“Candi Prambanan ini terbuat dari batu yang berat, nah coba liat ukiran ukiran patung patung yang ada di dalam Candi candi ini semuanya rapih seperti dipahat oleh seorang ahli pahat modern, sedangkan ini dibangun pada masa Majapahit” kata Mas Sabiyan menambahkan.
Saya pun memperhatikan beberapa detil relief relief yang ada di beberapa candi tertentu di kawasan Candi Prambanan memang indah, dan tiap lekukan atau pahatan batu yang membetuk relief orang atau semacammya sangat detil.
Saya membayangkan alat yang digunakan pada masa itu untuk membangun Candi seperti apa. Namun yang mengusik saya adalah siapa sesungguhnya yang membangun Candi candi nan Indah dan sangat mendetil ini sedangkan semuanya terbut dari batu batu yang sangat luar biasa beratnya? Benarkah dibangun oleh para Jin seperti yang dikisahkan dalam brosur tersebut?
Kisah legenda Bandung Bondowoso yang gagal membangun 1000 candi dalam semalam itu dikisahkan dalam legenda dengan bantuan para Jin namun gagal. Diceritakan betapa murkanya Bandung Bondowoso karena gagal memenuhi syarat 1000 Candi yang diajukan oleh Roro Jonggrang. Dikisahkan sang Roro Jonggrang dikutuk oleh Bandung Bondowoso menjadi sebuah arca yang dijadikan sebagai pelengkap untuk menggenapi 1000 candi tersebut.
Dari berbagai sumber disebutkan sebenarnya arca tersebut bukan arca Roro melainkan Arca Durga Mahisa Suramardhini, istri Dewa Siswa yang berada di bilik bagian utama Candi Siwa.
Nah dari kisah inilah akhirnya ada sebutan Candi Prambanan adalah juga Candi Roro Jonggrang. Demikian kira kira inti dari cerita atau legenda Roro Jonggrang dan Candi Prambanan yang saya kutip dari Brosur Prambanan yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata Kawasan Candi Prambanan. Cukup membantu
Tidak Masuk Ke dalam Candi
Saya mulai memasuki gerbang utama masuk kawasan Candi Prambanan tepatnya memasuki Gernang Pameran Kampung Kepurbakalaan yang dikelola oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta Jl Jogja-Solo Km 15 Boom sleman DIY. Yang unik dari gerbang ini adalah ada 3 orang “prajurit” Kraton lengkap dengan atributnya “menjaga” pintu gerbangnya dengan maksud menawarkan diri siapa yang mau foto SELFIE dengan mereka.
“ini pada foto foto sama mereka mbayar nda?” Tanya saya kepada Mas Sabiyan, guide. “Oh sama sekali tidak silahkan silahkan” jawabnya. Saya melihat banyak orang orang yang antre berfoto dengan mereka, dan semuanya dilayani dengan ramah dan senyum oleh “pasukan” Kraton itu
Saya pun tidak melewatkan kesempatan yang berharga ini . “ wah ini bagus nih tidak ada bayaran sama sekali, dan saya akan meunggunggu giliran untuk biasa foto dengan mereka” kata saya seolah sedang berbisik kepada orang lain, padahal berbicara sendiri.
Saya pun mendekati 3 orang “prajurit” keraton itu untuk foto bersama. Dari 3 foto yang dijepret, hanya 2 yang terbukti yang berhasil terekam dengan baik, sedangkan yang lainnya agak blur atau goyang. Masuk ke dalam lagi akhirnya saya menemukan sebuah gallery atau diorama candi candi yang dipamerkan. Kawasan pamerannya cukup luas. Saya sempat mengisi buku tamu yang sudah disediakan oleh petugas di meja informasi.
Setelah mengisi buku daftar pengunjung, pandangan mata saya tertumbuk pada pohon pohon yang daunnya berupa kertas kertas yang bertuliskan semacam ungkapan atau kata taka. Di area ini juga ada gedung yang menyajikan informasi tentang Prambanan dalam bentuk pandang dengar atau Audio Visual. Film khusus yang memutar film tentang Cand Prambanan, letaknya 300 meter namun saya tidak ke sana.
“itu namanya Pohon harapan mas, silahkan menulis pesan dan harapan atau keinginan seperti apa agar masyarakat bisa tergerak hatinya bisa ditulis dalam kertas yang sudah disediakan lalu digantung di pohon ini bersama dengan kartu kartu dari pengunjung lainnya” jelas mba yang bertugas, Sayang sekali saya belum sempat melihat nama petugasnya Salah satu petugas yang hadir di meja informasi seperti mengenakan seragam kampus atau baju sekolah. Ada yang magang kah di sana?
Saya pun berkeliling di dalam ruangan itu dan memfoto beberapa diorama candi candi yang ada lengkap dengan penjelasannya . Ketika saya meminta brosur tentang Candi Prambanan tidak menyediakan. “Oh kalau brosur wisata Candi Prambanan bisa diperoleh di pintu luar mas, dekat pintu loket pembayaran ada di sebelah kirinya, di situ ada tourist information center atau TIC bisa diambil gratis di sana” kata mba itu menjelaskan.
Cuaca siang itu yang mulai panas menyengat tidak menyurutkan langkah saya, dan Mas Sabiyan untuk berkeliling ke beberapa sudut yang ada di komplek percandian itu.
Samsung Galaxy Grand Prime yang saya bawa tidak banyak membantu dalam memberikan preview Frame yang mau dijepret. Walhasil setiap kali “menembak” objek foto hanya perkiraan saja, Mudah mudahan objeknya focus dan tidak terlalu miring ke kiri atau ke kanan. Kenyataan banyak hasil foto bidikan saya yang tampak terlalu ke kiri dan terlalu ke kanan. Beberapa foto yang diambi bahkan gagal alias tidak terjepret sama sekali.
Padahal volume Android sudah dimaksimalkan agar terdengar suara “cetret” tanda foto berhasil di “tembak”. Walau sudah volume maksimal, tetap tidak mampu “menandingi” bisingnya suara orang lalu lalang di kawasan Candi. Mungkin suatu saat nanti saya akan bawa Kamera sungguhan yang berfumgsi benar bemar sebuah digital camera bukan HP berkamera.
Candi Yang Masih Misteri
Dari brosur brosur yang saya dapatkan darti Tourist Information Center (TIC) atau Pusat Informasi Wisatawan yang letaknya berada di sisi kiri pintu masuk pembelian tiket masuk Karcis Terusan Candi Prambanan – Ratu Boko banyak menceritakan sejarah prambanan.
Lembaran brosurnya sendiri dicetak sederhana saja dengan tampilan warna yang cukup sederhana. Brosur Prambanan yang saya dapatkan ini dicetak oleh PT Taman Wisata Candi – Unit Prambanan yang beralamat di Jalan Raya Yogya – Solo KM 16, Prambanan Yogyakarta 55571.
Dari brosur yang saya baca tertulis sejarah Candi Prambanan yang konon juga identik dengan sebutan Candi Roro Jonggrang Sudah banyak tulisan sejarah Candi Prambanan yang tersebar di Internet yang mudah diakses oleh masyarakat luas
Cukup dengan mencarinya di Google dengan keyword (kata kunci) “sejarah candi prambanan” Insya Allah akan muncul puluhan link link yang berisi tentang Sejarah Candi Prambanan. Namun tidak ada salahnya saya tuliskan kembali intisari sejarah Candi Prambanan yang saya kutip dari Brosur Candi Prambanan yang saya dapatkan di lokasi wisata.
Candi Prambanan ini merupakan candi terbesar umat Hindu yang ada di Jawa Tengah, Dibangun sejak abad ke 9 pertengahan oleh Dinasti Sanjaya. Beda dengan Candi Borobudur yang dibangun pada masa kejayaan Dinasti Syailendra di abad ke 8 masehi.
Candi Prambanan yang megah ini pada dasarnya memiliki 3 halaman utama yang tersusun rapih dengan arah memusat kepada halaman candi utama yang berada di bagian tengah atau pusat. Jumlah Candi di halaman 1 ada 16 buah , Halaman II ada 224 buah, dan di halaman III nya tidak ada sama sekali (Candi). Jadi total keseluruhan pada mulanya sebanyak 240 buah candi.
“Candi ini sebenarnya masih misteri, mengenai siapa yang sebenarnya membangun candi Prambanan ini” terang Mas Sabiyan, guide saya selama di kawasan Candi Prambanan,
“Candi Prambanan ini terbuat dari batu yang berat, nah coba liat ukiran ukiran patung patung yang ada di dalam Candi candi ini semuanya rapih seperti dipahat oleh seorang ahli pahat modern, sedangkan ini dibangun pada masa Majapahit” kata Mas Sabiyan menambahkan.
Saya pun memperhatikan beberapa detil relief relief yang ada di beberapa candi tertentu di kawasan Candi Prambanan memang indah, dan tiap lekukan atau pahatan batu yang membetuk relief orang atau semacammya sangat detil.
Saya membayangkan alat yang digunakan pada masa itu untuk membangun Candi seperti apa. Namun yang mengusik saya adalah siapa sesungguhnya yang membangun Candi candi nan Indah dan sangat mendetil ini sedangkan semuanya terbut dari batu batu yang sangat luar biasa beratnya? Benarkah dibangun oleh para Jin seperti yang dikisahkan dalam brosur tersebut?
Kisah legenda Bandung Bondowoso yang gagal membangun 1000 candi dalam semalam itu dikisahkan dalam legenda dengan bantuan para Jin namun gagal. Diceritakan betapa murkanya Bandung Bondowoso karena gagal memenuhi syarat 1000 Candi yang diajukan oleh Roro Jonggrang. Dikisahkan sang Roro Jonggrang dikutuk oleh Bandung Bondowoso menjadi sebuah arca yang dijadikan sebagai pelengkap untuk menggenapi 1000 candi tersebut.
Dari berbagai sumber disebutkan sebenarnya arca tersebut bukan arca Roro melainkan Arca Durga Mahisa Suramardhini, istri Dewa Siswa yang berada di bilik bagian utama Candi Siwa.
Nah dari kisah inilah akhirnya ada sebutan Candi Prambanan adalah juga Candi Roro Jonggrang. Demikian kira kira inti dari cerita atau legenda Roro Jonggrang dan Candi Prambanan yang saya kutip dari Brosur Prambanan yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata Kawasan Candi Prambanan. Cukup membantu
Tidak Masuk Ke dalam Candi
Saya mulai memasuki gerbang utama masuk kawasan Candi Prambanan tepatnya memasuki Gernang Pameran Kampung Kepurbakalaan yang dikelola oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta Jl Jogja-Solo Km 15 Boom sleman DIY. Yang unik dari gerbang ini adalah ada 3 orang “prajurit” Kraton lengkap dengan atributnya “menjaga” pintu gerbangnya dengan maksud menawarkan diri siapa yang mau foto SELFIE dengan mereka.
“ini pada foto foto sama mereka mbayar nda?” Tanya saya kepada Mas Sabiyan, guide. “Oh sama sekali tidak silahkan silahkan” jawabnya. Saya melihat banyak orang orang yang antre berfoto dengan mereka, dan semuanya dilayani dengan ramah dan senyum oleh “pasukan” Kraton itu
Saya pun tidak melewatkan kesempatan yang berharga ini . “ wah ini bagus nih tidak ada bayaran sama sekali, dan saya akan meunggunggu giliran untuk biasa foto dengan mereka” kata saya seolah sedang berbisik kepada orang lain, padahal berbicara sendiri.
Saya pun mendekati 3 orang “prajurit” keraton itu untuk foto bersama. Dari 3 foto yang dijepret, hanya 2 yang terbukti yang berhasil terekam dengan baik, sedangkan yang lainnya agak blur atau goyang. Masuk ke dalam lagi akhirnya saya menemukan sebuah gallery atau diorama candi candi yang dipamerkan. Kawasan pamerannya cukup luas. Saya sempat mengisi buku tamu yang sudah disediakan oleh petugas di meja informasi.
Setelah mengisi buku daftar pengunjung, pandangan mata saya tertumbuk pada pohon pohon yang daunnya berupa kertas kertas yang bertuliskan semacam ungkapan atau kata taka. Di area ini juga ada gedung yang menyajikan informasi tentang Prambanan dalam bentuk pandang dengar atau Audio Visual. Film khusus yang memutar film tentang Cand Prambanan, letaknya 300 meter namun saya tidak ke sana.
“itu namanya Pohon harapan mas, silahkan menulis pesan dan harapan atau keinginan seperti apa agar masyarakat bisa tergerak hatinya bisa ditulis dalam kertas yang sudah disediakan lalu digantung di pohon ini bersama dengan kartu kartu dari pengunjung lainnya” jelas mba yang bertugas, Sayang sekali saya belum sempat melihat nama petugasnya Salah satu petugas yang hadir di meja informasi seperti mengenakan seragam kampus atau baju sekolah. Ada yang magang kah di sana?
Saya pun berkeliling di dalam ruangan itu dan memfoto beberapa diorama candi candi yang ada lengkap dengan penjelasannya . Ketika saya meminta brosur tentang Candi Prambanan tidak menyediakan. “Oh kalau brosur wisata Candi Prambanan bisa diperoleh di pintu luar mas, dekat pintu loket pembayaran ada di sebelah kirinya, di situ ada tourist information center atau TIC bisa diambil gratis di sana” kata mba itu menjelaskan.
Cuaca siang itu yang mulai panas menyengat tidak menyurutkan langkah saya, dan Mas Sabiyan untuk berkeliling ke beberapa sudut yang ada di komplek percandian itu.
Samsung Galaxy Grand Prime yang saya bawa tidak banyak membantu dalam memberikan preview Frame yang mau dijepret. Walhasil setiap kali “menembak” objek foto hanya perkiraan saja, Mudah mudahan objeknya focus dan tidak terlalu miring ke kiri atau ke kanan. Kenyataan banyak hasil foto bidikan saya yang tampak terlalu ke kiri dan terlalu ke kanan. Beberapa foto yang diambi bahkan gagal alias tidak terjepret sama sekali.
Padahal volume Android sudah dimaksimalkan agar terdengar suara “cetret” tanda foto berhasil di “tembak”. Walau sudah volume maksimal, tetap tidak mampu “menandingi” bisingnya suara orang lalu lalang di kawasan Candi. Mungkin suatu saat nanti saya akan bawa Kamera sungguhan yang berfumgsi benar bemar sebuah digital camera bukan HP berkamera.
AUDIO VISUAL : Yang mau nonton film dokumenter tentang Candi Prambanan bisa datang ke sini. Foto Asep Haryono |
FOTO : Mau berfoto dengan 3 prajurit keraton ini? Memang bukan yang aseli namun cukup memberi warna tersendiri di kawasan candi. Foto Asep Haryono |
DIORAMA : Saya sempat ke sini untuk mengambil brosur tentang Candi Prambanan namun tersedia Ada banyak miniatur candi di sini. Foto Asep Haryono |
POHON KEHIDUPAN : Silahkan menuliskan pesan dan harapannya bagi kemajuan bangsa Indonesia bisa dipasang di pohon ini Foto Asep Haryono |
GAYA : Saya tidak harus ada dalam tulisan ini. Namun sebagai bukti aja kalau saya benar benar ada di kawasan Candi Prambanan ini, No hoax kan |
CANDI PERWARA: Ini adalah Miniatur Candi Perwara Candi Sewu. Dipajang di gedung pameran dan diorama di kawasan candi Foto Asep Haryono |
TANPA KACA : Bentuk indah daripada Miniatur Candi Sewu ini dikemas dalam wadah tanpa kaca. Apakah tidak takut kena debu? . Foto Asep Haryono |
INDAH : Salah satu sudut kawasan Candi Prambanan yang saya foto dari luar, dan akan segera masuk ke bagian dalam. Cuaca terik menyengat. Foto Asep Haryono. |
No comments:
Post a Comment