PONTIANAK—Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat mendorong pengembangan pertanian organik. Upaya memasyarakatkan pertanian organik terus dilakukan antara lain dengan pengembangan pupuk organik bekerjasama dengan Bank Indonesia.
Pupuk organik yang terbuat dari sisa-sia jerami dan jamur Trichoderma itu antara lain dikembangkan di Kubu Raya, Kabupaten Pontianak, Sanggau dan Sambas. “Kita terus kenalkan ke masyarakat dan mendorong supaya pupuk organik terus digunakan,” kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalbar, Hazairin, kemarin.
Menurutnya, pengembangan pertanian organik juga dilirik oleh pemerintah pusat.Sejak tiga tahun terakhir, Kementerian Pertanian memprogramkan pembagian pupuk organik besar-besaran ke petani. “Dalam setahun, belasan ribu ton pupuk organik dibagi cuma-cuma ke petani. Ini jadi salah satu program kementerian,” ungkapnya kemarin. Pupuk organik juga disubsidi oleh pemerintah sehingga harganya hanya Rp500 per kg.
Pupuk organik yang terbuat dari sisa-sia jerami dan jamur Trichoderma itu antara lain dikembangkan di Kubu Raya, Kabupaten Pontianak, Sanggau dan Sambas. “Kita terus kenalkan ke masyarakat dan mendorong supaya pupuk organik terus digunakan,” kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalbar, Hazairin, kemarin.
Menurutnya, pengembangan pertanian organik juga dilirik oleh pemerintah pusat.Sejak tiga tahun terakhir, Kementerian Pertanian memprogramkan pembagian pupuk organik besar-besaran ke petani. “Dalam setahun, belasan ribu ton pupuk organik dibagi cuma-cuma ke petani. Ini jadi salah satu program kementerian,” ungkapnya kemarin. Pupuk organik juga disubsidi oleh pemerintah sehingga harganya hanya Rp500 per kg.
Hazairin menyambut positif uji coba pengembangan pertanian padi organik di Sui Rengas Kabupaten Kubu Raya yang diprakarsai oleh PTPN XIII, Yayasan Aliksa Organik dan Universitas Tanjungpura. Apalagi dalam ujicoba itu, petani memperoleh produksi yang lebih tinggi yaitu sekitar 7,4 ton per hektar. Sementara, sebelum menerapkan pertanian organik, hasil yang diperoleh petani hanya sekitar 2-3 ton per hektar. “Kita sangat mendukung semangat petani untuk menerapkan pertanian organik,” ujarnya.
Ia juga berharap konsep pertanian organik ini dapat diterapkan dalam skala yang lebih luas. Program pertanian organik dipandang sangat positif karena memiliki beberapa keunggulan. Selain mengurangi ongkos (lebih ekonomis), pertanian organik juga “menyehatkan” tanah. “Kalau menggunakan pupuk kimia terus, tanah menjadi jenuh, keras dan tidak produktif,” katanya.
Di samping itu, produk pertanian organik lebih baik bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Harga produk pertanian organik pun lebih mahal sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Hanya saja, sambung Hazairin, jika produk hasil pertanian organik ingin dipasarkan secara luas, perlu ada sertifikasi khusus. Saat ini lembaga untuk sertifikasi itu sudah dibentuk di Kalbar yaitu di Badan Ketahanan Pangan.
“Jadi, kalau mau dapat sertifikat, harus daftar dulu. Nanti ada risetnya,” kata dia. Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kubu Raya, Suharjo juga mendukung penuh pengembangan pertanian organik. Ia mengapresiasi keberhasilan penerapan pertanian padi organik di Sei Rengas dan berharap hal tersebut dapat ditularkan ke petani-petani lain. (ron)
Sumber : Pontianak Post
No comments:
Post a Comment