SUNGAI RAYA—Kabupaten termuda di Kalbar, Kubu Raya ternyata masih banyak memiliki daerah-daerah yang belum teraliri listrik secara konvensional dari aliran PT. PLN. Masyarakat dari beberapa desa terpencil dari kecamatan terjauh seperti Batu Ampar, Kubu, Terentang, Teluk Pakedai, Sungai Raya dan daerah lainnya mengeluhkan belum masuknya aliran listrik.
Salah satunya di Dusun Teluk Mahang, Desa Kampung Baru, Kecamatan Kubu. Sapri salah seorang warga setempat mengatakannya kepada wartawan. ”Di tempat kami sampai saat ini masih berharap besar adanya aliran listrik. Berbagai usaha telah dilakukan seperti mengumpulkan uang untuk biaya pemasangan swadaya dan lain sebagainya. Namun keinginan tersebut sepertinya susah terealisasi,” katanya.
Ia mengatakan jarak jangkauan listrik di perkampungannya menempuh sekitar satu kilometer dari perumahan penduduk. Akan tetapi sampai saat ini belum ada aliran listrik sama sekali. “Itu diperparah lagi dengan kondisi di dusun kami dengan hanya berpenduduk sekitar 10 Kepala Keluarga (KK)," katanya.
Salah satunya di Dusun Teluk Mahang, Desa Kampung Baru, Kecamatan Kubu. Sapri salah seorang warga setempat mengatakannya kepada wartawan. ”Di tempat kami sampai saat ini masih berharap besar adanya aliran listrik. Berbagai usaha telah dilakukan seperti mengumpulkan uang untuk biaya pemasangan swadaya dan lain sebagainya. Namun keinginan tersebut sepertinya susah terealisasi,” katanya.
Ia mengatakan jarak jangkauan listrik di perkampungannya menempuh sekitar satu kilometer dari perumahan penduduk. Akan tetapi sampai saat ini belum ada aliran listrik sama sekali. “Itu diperparah lagi dengan kondisi di dusun kami dengan hanya berpenduduk sekitar 10 Kepala Keluarga (KK)," katanya.
Menurut dia masyarakat sudah berupaya mengumpulkan uang swadaya supaya lokasi mereka dapat teraliri listrik. Sebab, dampak kedepannya adalah migrasi warga ke daerahnya sehingga bisa menjadi ramai. Sayangnya dari uang yang dikumpulkan ternyata tidak jelas keberadaannya. “Kami kumpulkan uang secara swadaya mencapai Rp10 juta. Pengumpulannya melibatkan kades setempat supaya dialiri listrik. Tetapi nyatanya sampai kini, daerah kami gelap gulita,” ungkap dia.
Sapri menjelaskan mirisnya lagi uang terkumpul merupakan hasil penjualan lahan warga ke perusahaan sawit yang berada di lokasi. “Ada sekitar 10 juta dana terkumpul. Dana itu sudah dikucurkan dari kades. Namun kami tidak tahu siapa yang memegang. Karena dana yang telah dikeluarkan kepala desa tidak diawasi dalam pelaksanaan," ungkap dia.
Ia menambahkan saat Ramadhan kemarin kepala dusun setempat sempat membeli genset sebagai penerangan warga sementara. Katanya lebaran mendatang baru akan dipasang listrik di daerahnya. “Tetapi kok aneh, sampai sekarang dusun kami tidak teraliri listrik. Padahal uang sudah kami kumpulkan.
Sekarang kami tidak tahu kemana larinya uang yang sudah kami kumpulkan supaya daerah kami dapat teraliri listrik," ungkap dia. Dulhadi, tokoh masyarakat setempat menambahkan tidak adanya aliran listrik menjadikan aktivitas warga di malam hari terganggu. “Kami tidak bisa beraktivitas ketika malam tiba. Sebab, cuacanya gelap dan tidak ada penerangan. Kalaupun ada genset, sifatnya terbatas dari pukul 18.00-22.00 Wib. Setelah itu mati total sampai pagi dan setiap hari ya seperti begini," terangnya.
Bukan itu saja, warga pemakai genset juga diharuskan membayar Rp3 ribu permalam. Setiap bulannya sekitar Rp90 ribu yang harus disetorkan kepada pemilik genset. Makanya mereka berharap pemerintah dapat memberikan penerangan supaya daerahnya bisa menjadi terang. ”Bisa saja kami dibantu dengan listrik tenaga surya,” harapnya.(den)
Sumber Pontianak Post
No comments:
Post a Comment