Terjebak Di Bandara Adisucipto Jogjakarta - Berita Kubu Raya - Kalimantan Barat

Breaking

Unordered List

Tuesday, September 12, 2017

Terjebak Di Bandara Adisucipto Jogjakarta

Bak Dalam Film “Terminal” nya Tom Hank
Catatan Asep Haryono

Pengantar
Berita yang saya baca di situs berita terkenal DETIK COM tadi siang cukup mengejutkan saya.  Dalam beritanya oleh DETIK COM menyebutkan seorang mahasiswa aktif di Universitas Atma Jaya Yogyakarta angkatan 2012 diberitakan terjatuh di kawah jurang Merapi di Boyolali, Jawa Tengah.  Saat saya menulis artikel ini DETIK COM memberitakan proses pencarian besar besaran tengah diupayakan oleh Tim SAR gabungan.

Membaca berita tersebut ingatan saya langsung tertuju saat saya mengantar Istri tercinta untuk melahirkan anak kami yang ke -2 nya di kota kelahiran sang Istri di Jogjakarta. Walau tidak sama persis seperti dalam pemgantar di awal artikel ini namun tetap berkaitan dengan Gunung Merapi :  yakni Pengalaman Merasakan Debu Vulkanik Gunung Merapi.


Cerita ini berdasarkan kisah yang sebenarnya terjadi di bulan November 2010 yang lalu.   Saat itu saya turut mendampingi Istri berangkat dari Pontianak (Kalimantan Barat) menuju Jogjakarta. Tiba di Bandara Adi Sucipto Jogjakarta pada tanggal 4 November 2010.   Semua rangkaiannya saya catat dengan baik.  Berikut adalah kisahnya.   Selamat membaca


Terjebak di Bandara
Ketika pesawat Batavia Air yang saya tumpangi beserta Istri dan Anak mendarat di Bandara Adisucipto , Jogjakarta pada hari Kamis 4 November 2010 sekitar pukul 16.20 WIB, suasana di Bandara Adi Sucipto Jogjakarta masih aman terkendali walaupun langit di atas kami tampak mendung dengan gumpalan awan gelap. 

Dikejauhan tampak asap merapi berwarna hitam dengan latar belakang langit biru gelap kehitaman.
Dari Bandara Adi Sucipto Jogjakarta, saya pun naik mobil TAXI langsung menuju daerah Kulon Progo yang jaraknya sekitar 1 Jam dari kota Jogjakarta.   Wilayah Kulon Progo berjarak cukup jauh dari Gunung Merapi (Mungkin sekitar 40-50 KM-red).  

Sesampainya di rumah, kami pun beristrahat.   Saya sudah tercantum harus kembali pulang ke Pontianak (Kalbar) pada tanggal 6 November 2010 saat itu sesuai dengan print Tiketnya.
Namun manusia berkehendak, ALLAH pula yang menentukan.

 Pagi dinihari tanggal 5 Nopember 2010, Gunung Merapi meletus hebat. Dalam koran koran lokal dan nasional menyebut angka banyak orang tewas karena sapuan Awan Panas atau lazim disebut dengan “Wedhus Gembel” di Wilayah Cangkringan dan beberapa daerah lainnya. 
Dan Abu Vulkanik disertai dengam material pasir menyebar ke arah Barat Daya dan Timur saat itu hingga akhirnya debu bercampur pasir itu menutupi areal Bandara Adisucipto Jogjakarta.  Akibatnya sudah bisa ditebak, Bandara Adisucipto ditutup.  Tejebak di Bandara


Apakah anda bisa menebak wajah dibalik kain yang difungsikan sebagai masker debu yang menutup mulut dan hidungnya ini? Apakah anda mengenalnya?  Benarkah itu saya? 
Mobil lewat di jalanan penuh debu yang dimuntahkan dari Gumung Merapi.  Anda harus menutup hidung anda dengan masker demi kesehatan.  Foto Dokumentasi Asep Haryono
Mobil lewat di jalanan penuh debu yang dimuntahkan dari Gumung Merapi.  Anda harus menutup hidung anda dengan masker demi kesehatan.  Foto Dokumentasi Asep Haryono
Daun daun pisang yang tumbuh di depan rumah di Jogjakarta juga tidak luput tertimpa debu debu Gunung Merapi.  Foto dokumentasi Asep Haryono
Daun daun pisang yang tumbuh di depan rumah di Jogjakarta juga tidak luput tertimpa debu debu Gunung Merapi.  Foto dokumentasi Asep Haryono
Informasi awal Bandara Adi Sucipto Jogjakarta Ditutup saya perloleh dari Running Teks JOGJA TV yang terpantau dengan baik di Kulon Progo  yang saya tonton hari itu. Saya pun tidak lantas percaya dengan apa yang saya lihat di Televisi. Maka dengan dibonceng motor sama Paman , saya pun boncengan naik motor berdua menuju Kantor Batavia yang terletak di Jalan Urip Sumohardjo, samping kampus LPP itu,

Penerbangan Dicancel 3 Kali

”Selamat siang dengan Bapak. Karena situasi yang belum memungkinkan untuk sementara jadual penerbangan Bapak untuk penerbangan tanggal 6 Nopember 2010 ke Pontianak dibatalkan, dan Bapak bisa dapat konfirmasi ulang jadualnya di hari yang lain atau tiketnya diuangkan kembali melalui kantor kami di sini” kata Ursula Dinihari, staf PT Metro Batavia waktu itu.
Kalau begini caranya kapan saya bisa kembali ke Pontianak?.

Bayangan saya waktu itu saya pasti memperoleh hukuman karena dianggap alpa atau mangkir dari pekerjaan berhari hari. Saya seharusnya sudah berada di Pontianak pada tanggal 6 Nopember 2010 waktu itu. Dan memang berkali kali saya mengontak maskapai penerbangan itu dan terjadi pembatan hingga 3 (tiga) kali yakni mulai dari tanggal 6 menjadi tanggal 8, lalu menjadi tanggal 10, lalu tanggal 12 hingga pada akhirnya masih dibatalkan lagi ke tanggal 13 Nopember 2010.


Padahal ini semua bukan kehendak saya. Pembatalan Penerbangan saya dilakukan sepihak oleh Maskapai Penerbangan itu, ditambah lagi dengan Bandara Adisucipto yang masih ditutup karena terkena guyuran abu vulkanik bercampur Pasir yang dimuntahkan oleh Gunung Merapi. Ibarat pepatah sudah jatuh tertimpa tangga.

Sudah dibatalkan oleh Maskapai Penerbangan ditambah lagi dengan Bandara Adi Sucipto di tutup. Lengkaplah sudah penderitaan saya waktu itu.
Sambil menunggu kepastian Bandara dibuka agar saya bisa segera kembali ke Pontianak,  saya pun menyempatkan diri untuk sekedar "jalan jalan"  , saya pun menyempatkan diri pergi mengunjungi saudara yang berada di Jalan Godean yang berjarak lebih kurang 20 (duapuluh) Kilometer dari Puncak Merapi
Pulang Lewat SOETTA Jakarta
Saya pun bisa melihat dengan mata telanjang kepulan asap hitam yang keluar dari puncak merapi dari jalan raya Godean. Asap memutih bercampur kehitaman itu saya duga adalah awan panas Merapi. Saya pun sempat melewat Kali Code yang berwarna hitam kecoklatan bercampur lahar dingin Merapi. Kali Code yang saat itu mengalami pendangkalan itu jika ditelusuri ke pangkalnya akan sampai pada Gunung Merapi.

Saya pun sempat melihat beberapa posko pengungsian di Kulon Progo yang menjadi posko pengungsi dari Muntilan dan sekitarnya.
Heran juga disaat tidak mementu bisa pulang atau tidak ke Pontianak, saya malah sempat sempatnya berburu oleh oleh khas makanan Jogjakarta yang bisa diperoleh dengan mudah di pasar Godean Jogjakarta seperti Belut Goreng, Bakpia aneka rasa seperti durian, coklat dan Susu.

 Juga makanan khas daerah Kulon Progo seperti Geblek yang bentuknya mirip pempek Palembang itu. Banyak foto dan video yang berhasil saya abadikan selama berburu oleh oleh dan sopenir di Jogjakarta waktu itu.
Namun lagi jadual penerbangan pulang saya ditunda lagi oleh maskapai penerbangan Batavia Air hingga ke tanggal 15 Nopember 2010 karena debu merapi masih tebal di Bandara Adisucipto.

“Debu debu ini memang sangat berbahaya dan amat ditakuti oleh para pilot pesawat komersial karena jika debu itu masuk ke dalam mesin pesawat bisa berdampak amat membahayakan” kata Ursula di kantornya. Dia pun tidak menjamin tidak akan ada penundaan lagi jika debu vulkani masih menyelimuti Bandara Adisucipto Jogjakarta.


Saya pun segera menguangkan kembali harga tiket saat itu dan membeli tiket pulang ke Pontianak pada tanggal 13 Nopember 2010 rute tujuab Jakarta – Pontianak. Ya akhirnya saya pun memutuskan untuk berangkat pulang ke Pontianak melalui Bandara Internasional Soekarno Hatta di Jakarta.
Seperti dalam film “Terminal” yang dibintangi oleh Tom Hank.

 Menunggu juga bisa menjadi hal yang menarik karena dalam masa menunggu itulah banyak hal yang bisa kita kerjakan sehingga kehidupan tidak akan menjadi membosankan. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengisi kekosongan selama masa menunggu itu. Dimana mana menunggu memang sangat tidak menyenangkan (Asep Haryono)

No comments:

Post a Comment